Selasa, 31 Mei 2016

Harta Karun




Harta Karun
Hari ini saya berniat untuk melakukan sesuatu yang mungkin dahulunya pernah terlintas dalam kasanah otak bahwa saya akan melakukan ini, namun itu hanya sebatas hayalan saja, tak berarti sekarang! Saya akan menjoba bertatih dan berpapah berusaha untuk membuat ini. Seolah saya dirasuki oleh sesuatu saya berlari dan berjalan menyusuri belik kecil yang ada di rumah yang didalamnya tersimpan harta karun yang saya sendiri tak menyadarinya bahkan sampai hari ini. Harta karun tersebut adalah buku-buku yang saya miliki pada saat sekolah dulu, Ingin rasa nya hati ini menagis melihat buku-buku yang tersimpan dan seakan akan  menghilang dengan seiring datangnya dedebuan yang menghampiri, namun sangat sulit dipercaya saya melihat buku-buku tersebut akan mengingat kembali cerita-cerita yang terjadi pada saat sekolah. Buku-buku ini adalah saksi bisu cerita indah dan pahitnya hidup, betapa sakitnya hati ini melihat buku-buku tersebut tersimpan didalam bilik tersebut tanpa ada yang datang menghampirinya untuk datang melihat dan membaca harta karun terbesar di alam semesta ini. Mengapa hal ini baru saya sadari, bahwa ini lah yang aku butuhkan untuk membantuku dalam menjalani dan mengungkap rasiah-rasiah sang pencipta berikan untuk saya. Dengan membolak-balik buku ada satu hal yang membuat ingatan saya kembali kemasa lalu dan mengenang cerita-cerita nya, yaitu sebuah tulisan di kanan atas buku tersebut, “wuri wulansari” tulisan tersebut mengingatkan saya pada orang yang memberikan buku ini, ia adalah seorang teman sekaligus kakak bagi saya, ia adalah orang yang sangat baik padaku, ia memang orang berada berbeda sekali dengan ku yang pada saat itu keluarga ku berjuang bangkit dari keterpurukkan akibat ditinggal oleh ayah. Ia selalu mengajarkan aku untuk berbuat baik kepada sesama dan selalu mengajarkan ku belajar, ia selalu menunjukkan buku-buku ceritanya padaku dan terkandang juga membacakannya untukku dan salah satu buku inilah yang ia berikan padaku untuk aku gunakan disekolah, kerena mameng buku ini buku pelajaran yang digunakan untuk belajar budaya alam minang kabau. Yah itu lah judul buku tersebut budaya alam minang kabau dimana dalam buku ini kita diajarkan cara bersikap dan norma-norma yang ada, seperti hal nya kita diajarkan cara berbicara yang baik, kalau berbicarah hendaklah lemah lembut dan tidak kasar seperti papatah yang ada pada buku tersebut yaitu ” awak rancak, baso katuju, muluik manih, kucindan murah”. Pepatah ini memiliki makna yang sangat dalam yaitu, awak rancak artinya kita bagus, baso katuju berati bahasa yang kita gunakan adalah bahasa yang disukai oleh orang, muluik manih adalah pembicaraan yang enak dan menarik untuk didengarkan tanpa menyakiti perasaan orang tersebut, inilah makna sesungguhnya dari muluik manih, namun berbeda dengan sekarang ini orang bermulut manis hanya untuk menyenagi orang dengan tujuan tertentu, sedangkan kucindan murah memiliki makna mudah bercengkrama dengan orang lain. Itulah yang dapat saya petik dari buku tersebut dan masih banyak lagi hal yang baik dan menarik ada pada buku ini dan pelajarannya berharga yang saya dapat pada saat sekolah dasar dahulunya. Masih tertarik membaca dan mengingat cerita dibalik buku ini aku teringat pada saat ini pelajaran ini sudah tidak dipelajari lagi disekolah sungguh sangat disanyangi kenapa pelajaran yang mengajarkan kita berahklak muliah ini dihilangkan dari kurikulum sekolah yang notabene kita adalah orang minang dan saya bersyuhkur sekali pada masa itu saya diberi sang pencipta kesempatan untuk belajar budaya saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar