Harta Karun
Hari ini saya berniat
untuk melakukan sesuatu yang mungkin dahulunya pernah terlintas dalam kasanah
otak bahwa saya akan melakukan ini, namun itu hanya sebatas hayalan saja, tak
berarti sekarang! Saya akan menjoba bertatih dan berpapah berusaha untuk
membuat ini. Seolah saya dirasuki oleh sesuatu saya berlari dan berjalan
menyusuri belik kecil yang ada di rumah yang didalamnya tersimpan harta karun
yang saya sendiri tak menyadarinya bahkan sampai hari ini. Harta karun tersebut
adalah buku-buku yang saya miliki pada saat sekolah dulu, Ingin rasa nya hati
ini menagis melihat buku-buku yang tersimpan dan seakan akan menghilang dengan seiring datangnya dedebuan
yang menghampiri, namun sangat sulit dipercaya saya melihat buku-buku tersebut
akan mengingat kembali cerita-cerita yang terjadi pada saat sekolah. Buku-buku
ini adalah saksi bisu cerita indah dan pahitnya hidup, betapa sakitnya hati ini
melihat buku-buku tersebut tersimpan didalam bilik tersebut tanpa ada yang
datang menghampirinya untuk datang melihat dan membaca harta karun terbesar di
alam semesta ini. Mengapa hal ini baru saya sadari, bahwa ini lah yang aku
butuhkan untuk membantuku dalam menjalani dan mengungkap rasiah-rasiah sang
pencipta berikan untuk saya. Dengan membolak-balik buku ada satu hal yang
membuat ingatan saya kembali kemasa lalu dan mengenang cerita-cerita nya, yaitu
sebuah tulisan di kanan atas buku tersebut, “wuri wulansari” tulisan tersebut
mengingatkan saya pada orang yang memberikan buku ini, ia adalah seorang teman
sekaligus kakak bagi saya, ia adalah orang yang sangat baik padaku, ia memang
orang berada berbeda sekali dengan ku yang pada saat itu keluarga ku berjuang
bangkit dari keterpurukkan akibat ditinggal oleh ayah. Ia selalu mengajarkan
aku untuk berbuat baik kepada sesama dan selalu mengajarkan ku belajar, ia
selalu menunjukkan buku-buku ceritanya padaku dan terkandang juga membacakannya
untukku dan salah satu buku inilah yang ia berikan padaku untuk aku gunakan
disekolah, kerena mameng buku ini buku pelajaran yang digunakan untuk belajar
budaya alam minang kabau. Yah itu lah judul buku tersebut budaya alam minang
kabau dimana dalam buku ini kita diajarkan cara bersikap dan norma-norma yang
ada, seperti hal nya kita diajarkan cara berbicara yang baik, kalau berbicarah
hendaklah lemah lembut dan tidak kasar seperti papatah yang ada pada buku
tersebut yaitu ” awak rancak, baso
katuju, muluik manih, kucindan murah”. Pepatah ini memiliki makna yang
sangat dalam yaitu, awak rancak
artinya kita bagus, baso katuju
berati bahasa yang kita gunakan adalah bahasa yang disukai oleh orang, muluik manih adalah pembicaraan yang
enak dan menarik untuk didengarkan tanpa menyakiti perasaan orang tersebut,
inilah makna sesungguhnya dari muluik manih, namun berbeda dengan sekarang ini
orang bermulut manis hanya untuk menyenagi orang dengan tujuan tertentu,
sedangkan kucindan murah memiliki
makna mudah bercengkrama dengan orang lain. Itulah yang dapat saya petik dari
buku tersebut dan masih banyak lagi hal yang baik dan menarik ada pada buku ini
dan pelajarannya berharga yang saya dapat pada saat sekolah dasar dahulunya.
Masih tertarik membaca dan mengingat cerita dibalik buku ini aku teringat pada
saat ini pelajaran ini sudah tidak dipelajari lagi disekolah sungguh sangat
disanyangi kenapa pelajaran yang mengajarkan kita berahklak muliah ini
dihilangkan dari kurikulum sekolah yang notabene kita adalah orang minang dan
saya bersyuhkur sekali pada masa itu saya diberi sang pencipta kesempatan untuk
belajar budaya saya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar